Rabu, 28 Januari 2009

Ekspedisi Kebun Raya Purwodadi di Kalimantan

Pulau Kalimantan adalah salah satu pulau besar di Indonesia yang mempunyai kawasan hutan yang luas. Lebih dari setengah pulau ini berada di bawah ketinggian 150 meter. Sebagian besar wilayahnya termasuk ke dalam kategori hutan Dipterocarpaceae dataran rendah (Mackinon, et.al. 2000). Pulau ini diperkirakan memiliki 10.000-15.000 jenis tumbuhan berbunga tumbuh di pulau ini. Data lainnya menyebutkan sekitar 3.000 jenis pohon, termasuk 267 jenis Dipterocarpaceae (58% endemik), 2.000 jenis anggrek dan 1.000 jenis pakis tercatat hidup di Kalimantan (Ashton, 1982; MacKinon, 2000). Tingkat endemisitas flora di Borneo (termasuk Kalimantan) cukup tinggi, yaitu sekitar 34 %.

Degradasi lahan akibat penebangan kayu baik secara legal ataupun ilegal, konversi lahan untuk pertanian, ladang dan pemukiman penduduk, mengakibatkan luas hutan alam di Kalimantan semakin menyusut. Hal ini berimplikasi langsung terhadap penurunan keanekaragaman hayati – termasuk tumbuhan- yang hidup di Kalimantan. Kebun Raya Purwodadi, berupaya untuk menyelamatkan tumbuhan asli Indonesia, khususnya yang ada di Kalimantan, dengan cara melakukan eksplorasi dan pengoleksian flora untuk ditanam sebagai tanaman koleksi di kebun raya.

Tujuan dan Sasaran Kegiatan

Mengkoleksi tumbuhan yang berasal dari Kalimantan dengan dilengkapi data habitat, populasi dan ekologinya; selanjutnya tumbuhan tersebut ditanam di Kebun Raya Purwodadi (sebagai tanaman koleksi) yang dapat juga dipergunakan untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Lokasi

Koleksi Non Anggrek (nomor)

Koleksi Anggrek (nomor)

Koleksi Baru (nomor)

Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat

201

42

55

Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah

275

106

56

Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat

164

104

57

Jumlah

640

252

168

Tulisan Ilmiah yang dihasilkan dari kegiatan eksplorasi ini:

  1. Nepenthes Hasil Eksplorasi Flora Di Kawasan Hutan Taman Wisata Alam (TWA) Baning dan Sekitarnya
  2. Rhodomyrtus tomentosa (W.Ait.) Hassk. di Kawasan Hutan TWA Baning, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
  3. Asplenium nidus L. pada beberapa pohon inang di Kawasan Taman Wisata Alam Bukit Kelam, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
  4. Inventarisasi Anggrek Di Twa Bukit Kelam, Twa Baning Dan Di Sebagian Wilayah Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan Barat
  5. Inventarisasi Anggrek Epifit Di TWA Bukit Kelam, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Propinsi Kalimantan Barat
  6. Populasi Anggrek Grammatophyllum speciosum Blume di Kawasan TWA Bukit Kelam, Kab. Sintang, Kalimantan Barat
  7. Keragaman Paku Terestrial Di Kawasan Hutan Taman Wisata Alam Bukit Kelam, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
  8. Keragaman Anggrek Epifit di Sebagian Kawasan Hutan Alam di Desa Petarikan, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) - Kalimantan Tengah
  9. Ragam Jenis Acriopsis Reinw. ex Blume di sebagian Kawasan Hutan Alam Desa Petarikan, Kab. Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah

(sumber:www.krpurwodadi.lipi.go.id)

Selasa, 27 Januari 2009

MEMBANGUN KALIMANTAN, MEMBANGUN INDONESIA















Empat Gubernur se-Kalimantan (meski sebenarnya hanya dua gubernur, satu wakil gubernur, dan satu sekda) hadir dalam pertemuan di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia, tanggal 23 Januari lalu, di Jakarta. Dalam sebuah forum yang bernama Forum Percepatan Pembangunan Regional Kalimantan (FP2RK) tersebut, para Gubernur beserta Bupati/Walikota se-Kalimantan, menyatukan tekad untuk perbaikan kesejahteraan di wilayahnya.

Ada empat fokus yang tampaknya menjadi agende pertemuan itu. Pertama adalah penyediaan infrastruktur di Kalimantan yang memprihatinkan, baik jalan/jembatan, maupun pelabuhan dan bandara. "Bandara Sepinggan di Balikpapan yang dianggap terbaik di Kalimantan, ternyata belum apa-apa dibandingkan Bandara di Tawau," kata seorang gubernur. Masalah energi, dimana batubara Kalimantan penyumbang penting bagi kebutuhan batubara nasional, tetapi Kalimantan tetap kekurangan listrik. Pun karena batubara harus diangkut ke Jawa untuk menjadi sumber energi, kenapa tidak di Kalimantan saja didirikan PLTU-nya?

Kemudian Rencana Tata Ruang Wilyah Provinsi yang belum juga disahkan oleh Pemerintah Pusat, yang berdampak negatif terhadap kebijakan pembangunan lainnya. Serta masalah rendahnya kesejahteraan masyarakat di Kalimantan dengan tingginya angka kemiskinan. Uniknya, kemiskinan itu justru terjadi di sekitar lokasi pertambangan dan perkebunan, yang ujung-ujungnya membuat pertanyaan, apakah Corporate Sosial Responsibility benar-benar jalan atau cuma lips service saja.

Intinya, Kalimantan meminta kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sumberdaya alam yang dimilikinya untuk mempercepat pembangunan wilayahnya sekaligus mensejahterakan masyarakatnya. Semua ini dilakukan demi kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Kalimantan tidak meminta otonomi khusus seperti halnya NAD atau Papua,"kata Agustin Teras Narang, Gubernur Kalteng. Meskipun beberapa hadirin menganggap selama ini masyarakat Kalimantan terlalu santun dalam menuntut hak-haknya sehingga kurang didengar oleh Pemerintah Pusat. Ada pula yang menyarankan agar nama forum diganti saja dengan Presedium Borneo, agar lebih memiliki greget.

Walau tidak menghasilkan semacam deklarasi atau semacamnya, forum menghasilkan kesatuan pandangan provinsi di Kalimantan, untuk bersama-sama lebih intens menuntut pemerintah pusat guna memberikan perhatian untuk kondisi dan masalah-masalah yang dihadapi Kalimantan. Dijadualkan pertemuan ini akan dilanjutkan dengan pertemuan lain yang lebih serius dengan mengundang para menteri terkait.

Jika mau jujur, saatnya membangun Kalimantan demi kejayaan Indonesia. Masa sama-sama beretnis Melayu dan menghuni pulau yang sama, kita bisa tertinggal dari Malaysia dan Brunei? Jangan lagi Kalimantan dininabobokan dengan sebutan "pulau masa depan" atau "raksasa yang sedang tidur". Jangan bikin malu negeri ini dengan mengabaikan Kalimantan.